Dilema Petani Tebu

(Chatulistiwa) "TOLOOOOOOONG BELI GULA PETANI YA MAAAAAK , JANGAN BELI GULA IMPOR. Seperti kita ketahui gula petani kita baru kebeli 10 persen yg kemarin ramai -ramai kita beli", demikian antara lain bunyi kalimat postingan dari Nani Sudaryati pada akunt facebooknya, sehingga banyak pula yang mengomentari.

Selanjutnya ia juga iapun menambahkan; 



"Nah yg 90 persen yg oleh Pabrik Gula biasanya dilelang, ternyata gak ada pengusaha besar ( konglomerat) yg beli Mak. Nah, karena investor pedagang lebih suka beli gula impor rafinasi yg harganya lebih murah.
Waktu kita buat gerakan beli gula petani kemarin, kemudian ada kebijakan pemerintah dimana Bulog diminta membeli gula petani, dan nanti Bulog menjual ke swasta. Nah yg terjadi sampai hari ini gula dari hasil tebu petani belum dibeli sama Bulog Mak.


Kasihan Maaaaak...petani yg biasanya bulan April sdh terima duit, sampai bulan Oktober sekarang ini belum bisa terima duit, karena gulanya masih numpuk di Pabrik.

Petani benar -benar nangis darah Mak, buat makan mereka harus ngutang kanan -kiri bahkan banyak yg puasa. Sekolah anak -anak mereka juga berantakan. Mau nanami lagi sawahnya juga gak punya modal Mak ðŸ˜­ðŸ˜­
Di saat air mata petani sdh kering dan belum ada solusi, lha ini kok pemerintah malah menurunkan bea masuk impor gula jenis raw sugar. Memang yg diimpor raw sugar ( dengan alasan utk industri makanan), tapi kenyataan di lapangan raw sugar ini diolah jadi gula rafinasi dan diedarkan di pasar dng harga lebih murah.
Maaaakkk jangan beli Rafinasi ya , itu bukan hanya membuat diabetes dan kanker, tapi juga MEMBUNUH petani kita Mak! 


Ayooo Mak di seluruh Indonesia , jangan beli gula rafinasi , tolong beli gula Petani !"

No comments:

Post a Comment