Nikmat Tuhan Mana Lagi Yang Engkau Dustakan?




Hujan belum juga reda, aku ikutan berteduh bersama beberapa orang pengendara motor lainnya. 
Akupun mulai agak gelisah, karena hujan belum juga menampakan ciri-ciri akan reda. Cuaca saat ini memang susah untuk diprediksi. Ketika berangkat dari rumah cuaca cerah, tidak nampak gejala akan turunnya hujan. Namun disetengah perjalanan cuaca berubah drastis, hujan gerimis lalu disusul dengan mulai membesar. Terpaksa aku berteduh karena saat itu aku lupa bawa mantel. 


Rencananya menjelang shalat ashar harusnya aku sudah sampai rumah, namun perkiraanku meleset.
Sampai waktu menjelang ashar tiba  aku masih keliling-keliling di sekitar pasar Mester,  menelusuri lorong pasar ditengah keramaian dan bau pasar yang khas.   

Tengok sana-sini tapi yang aku cari belum juga ketemu, lalu aku pindah dari lorong satu ke lorong lainnya tapi hasilnya nihil, sama saja.  Kemudian aku coba tanya kesalah satu pedagang kalau barang yang saya cari adanya di los yg mana? "wah, baru saja tutup mas! Bukanya cuma sampai jam 3". Jawab si pedagang asongan. Memang benar juga sih, kulihat pasar sudah mulai lengang dan jam tangan menunjukan 15.15. Hujanpun yg awalnya sempat berhenti, nampaknya mulai gerimis lagi. 

Persis tidak lama kemudian suara azan berkumandang dari masjid yang tak jauh dari lokasi pasar. Akupun berbisik dalam hati, 'besok sajalah aku balik lagi....', lantas sebelum pulang kuputuskan untuk sholat berjama'ah dulu di masjid.

Selesai sholat aku keluar dari dalam masjid, "duduk dulu 'ah sebentar!", kataku bicara sendiri sambil mencari tempat di sudut teras. Langit sudah terlihat cahayanya, tanda gerimis sudah berlalu. Hanya saja udara masih terasa dingin dari bekas sisa-sisa hujan. Mataku terasa redup, ngantuk rupanya..
"Ini Joko ya?", tiba2 aku tersentak kaget, seperti ada yg menyapa. Dari penampilannya seperti seorang pengusaha, setidaknya orang terpelajar.
"Oh, iya betul...! Klo boleh tau, situ siapa ya?",kataku sambil memaksakan diri untuk tersenyum.
"Masa lupa sih, hayo tebak siapa.....?", balasnya. Aku berfikir keras, mengingat-ingat....tapi aku bebar-benar tidak ingat.
"Ini Harun, temen ente waktu di SMP dlu...", katanya melanjutkan, sebelum aku bisa menjawab pertanyaan tadi.
"Ente Harun??, masya allah....", aku menegaskan seperti kurang yakin. Dalam keadaan masih terkesima ia langsung memelukku begitu erat. 
"Subhanallah...!", kataku merasa sahabatku ini fostur dan tampilannya jauh berubah tidak seperti yang pernah kukenal
"Ente awet muda nih, nggak berubah seperti dulu aja." katanya 
 "Masa sih? Gimana kabarnya bro?, ane sampe panggling...kirain siapa!", jawabku sekenanya. Lalu aku diajaknya makan disatu rumah makan dibilangan matraman, kemudian ngobrol panjang lebar, mulai dari teman2 dimasa sekolah dulu sampai keranah keluarga. Menjelang maghrib barulah pulng masing2.

Ditengah perjalanan pulang rupanya aku masih memikirkan salah satu pembicaraan ketika ia menyodorkan sebuah kartu nama, disitu tercantum titel Haji diantara titel jenjang karier dan namanya danternyata dia tidak mau dipanggil dengan sebutan haji. Alasannya, ketika seseorang dipanggil haji, itu adalah peringatan,bahwa ia takut tidak bisa menjaga amanah dari sikap karismatik sebagai orang yg pernah menjadi tamu Allah. Ia bukanlah orang baik, meski sesungguhnya ia berusaha untuk menjadi baik. Kartu itu cuma tuntutan profesi, "Harap dimaklumi.."'demikian katanya. Subhanallah....

Ternyata banyak hikmah yang bisa aku serap dari hasil pertemuan itu yang sesingkat itu. Sebagai seorang pengusaha muslim dan salah satu anggota legislatif dari dapil seberang, ia menyampaikan bahwa untuk bisa merubah suatu kebijakan yang tidak berpihak pada umat islam kita tidaklah cukup hanya lewat demo dan aksi damai. Tapi juga harus masuk keranah politik. Siapa bilang umat Islam tidak harus berpolitik?, begitu katanya. Kita jangan mau dibodohi dengan aturan dan kebijakan yang hanya menguntungkan mereka. Padahal mereka bisa bebas bikin aturan, sementara aturan yang mereka buat hanya untuk kepentingan asing, tidak mencakup kepentingan umat muslim secara keseluruhan. Dan siapa bilang politik ya politik, jangan bawa-bawa agama. Apa jadinya nanti, apa negeri ini mau dipimpin oleh orang2 yg menghalalkan segala cara?  Apakah mereka lupa kalau bangsa ini merdeka atas berkat rahmat Tuhan YME.

Sambil berfikir kalau sahabatku itu adalah orang mengerti akan eksistensi hidup dan dia tengah menikmatinya, dan berjuang bersama-sama mukminin lainnya untuk suatu tujuan yakni memperjuangkan syariat islam melalui konstitusi, dan itu sah dilindungi oleh undang-undang.

Aku jadi malu pada diri sendiri, apa yang selama ini sudah aku lakukan, ya Allah ....aku seperti sudah tertidur lama, bahkan lama sekali. Ketika orang2 sudah terbang kebulan, aku masih saja merapihkan tempat tidurku sendiri. Padahal aku masih teringat beberapa kalimat sindiran yang sempat kubaca pada suatu tempat,

........disempurnakannya bentukmu
............................dilengkapinya hidupmu,
.........................................dipenuhinya kebutuhanmu,
...........................................................disehatkannya jiwa ragamu,
Lantas,

("Nikmat Tuhan yang mana lagikah yang kamu dustakan?")(QS.Ar-Rahman)


         Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.(QS.Muhammad:7)
Ditengah Kemarau Menyengat, Tiba-tiba Turun Hujan. Ketahui Penyebabnya -  Semua Halaman - National Geographic

                                 

"Tiinn....ttiiinnn..", astaghfirullah...aku terkaget, rupanya lampu merah didepanku sudah berubah hijau. Berapa lama aku sudah melamun....

Sampai dirumah aku mengambil sesuatu yang dimasukan kedalam kantongku oleh sahabat tadi, walau aku tolak tapi dianya setengah memaksa  supaya aku menerimanya. Tigaratus ribu rupiah saja# .............Alhamdulillah !!

jika kalian bersyukur pasti akan Aku tambah ni’mat-Ku padamu tetapi jika kalian kufur sesungguhnya adzab-Ku amat pedih”. (QS 14:7).



*diceritakan ala fiksi oleh Galih El Badrun, apabila ada kesamaan dari nama atau cerita, itu semata-mata hanyalah kebetulan saja.

Kunjungi Juga:
Menyibak Jubah Pastur
Fans Lady Gaga Yang Jadi Mualaf
Penjaga Bar Jadi Mualaf

No comments:

Post a Comment